Traveling Mengajarkan Saya Banyak Arti dan Makna Hidup

Belantara telah mendidikku selama 5 hari 4 malam, perjalanan terpanjangku di rimba Indonesia.
Aku bisa mendengar bagaimana burung merak bernyanyi, saling sahut menyahut tanpa melihat wujudnya. Aku bisa melihat semburat senja dari balik bukit, tanpa melihat sumber cahayanya. Dan aku bisa merasakan hangatnya dekapan kasih sayangmu, tanpa boleh memilikimu. Argopuro mengajarkan tentang bagaimana mencintai dengan tulus tanpa ambisi untuk memiliki.

Walaupun biasanya jadi kuli panggul dengan backpack segede gaban, gini-gini juga ada sisi feminimnya dengan main bawa koper cantik tauk, biar kaya anak gadis imut beneran. Traveling buatku seperti sebuah kejutan. Walapun sudah ter-manage sebaik mungkin, kita tidak bisa menghindari yang namanya “kecelakaan” seperti barang hilang dll. Untuk itu, persiapkan perjalananmu untuk kemungkinan terburuk, agar hati dan pikiran damai dan sentosa kaya muka aku.

Salah satunya, gunakan insurance di tiap sesi travelingmu. Asuransi Tripa dapat meng-cover jika kita kehilangan barang, proses claim dan polisnya semudah memberikan senyuman kepada orang yang kita cintai.

Kalau aku boleh meminta beberapa hal darimu, tolong dengarkan ini. Jikalau hendak mengenalkanku pada kawanmu, cukup dengan menyebutkan namaku saja. Tidak perlu kamu imbuhi dengan membeberkan sifatku, keburukanku, kebaikanku, perangaiku, jumlah followersku, statusku, atau apapun itu tentang aku.

Biarkan ia mengenalku dengan sendirinya, tanpa campuran cerita ini dan itu darimu. Sifatku yang buruk rupa di masa lampau, inginku pangkas habis. Aku akan sangat terbebani ketika ia terlalu menjaga sikap demi menjaga perasaanku ataupun karena “namaku”. Biarkan ia mengenal dengan caranya sendiri, memandangku dari persepsinya sendiri, dan bersikap sesuai keinginannya sendiri. Terimakasih ya.

Disana aku punya cerita, tentang seonggok cinta yang membuatku menjelma kembali menjadi remaja belasan tahun. Ibarat ranum ketika berlumur kasih sayang, namun sekarat saat kurang perhatian. Aku paham dengan watakku yang tidak keruan, tapi aku masih mau menikmatinya. Ibarat puteri raja, harus selalu yang paling diperhatikan, disanjung, dikasihi, dan sederet perlakuan istimewa lainnya. Biadab memang, namun kata “dewasa” belum juga mau singgah dalam pikiranku. Demikianlah cinta, tidak memandang rupa, tidak pula usia.